Kamis, 07 April 2011

PAKEM

A. Pengertian PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
4. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Langkah-langkah dalam melaksanakan PAKEM
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.


7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.



C. PAKEM dan CTL dalam Pelajaran Akidah Ahlak

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) sudah menjadi promadona di hampir setiap workshop pembelajaran. Seiring dengan beralihnya paradigma teacher-centered ke student-centered, maka perlu adanya kreativitas dalam menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga siswa terangsang aktif dalam belajar. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam rangka mewujudkan PAKEM ialah Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pada CTL, konstruktivisme menjadi filosofi yang mendasari pembelajaran. Guru hendaknya menyediakan tangga kepada siswa agar dapat membangun konsep tertentu. Tangga dalam konteks ini adalah kondisi pembelajaran. Siswa ditempatkan dalam suasana belajar yang menyenangkan yang dapat memberikan kesempatan besar bagi mereka untuk mengeksplorasi materi. Pengetahuan yang diperoleh melalui eksplorasi dan penemuan akan bersemayam lama dalam benak siswa. Untuk mencapai tangga tertinggi, maka guru hendaknya menjadi motivator ulung, sampaikan pada mereka hal-hal apa saja yang harus diperoleh di akhir pembelajaran dan tentu saja jangan lupa untuk menunjukkan cara kepada mereka bagaimana untuk mencapai tangga tertinggi itu.

Dengan kata lain, kiranya dapat diringkas, bahwa CTL dibangun oleh delapan pilar utama:
• Membuat keterkaitan yang bermakna
• Melakukan pekerjaan yang berarti
• Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
• Bekerja sama
• Berpikir kritis dan kreatif
• Membantu individu untuk berkembang
• Mencapai standar tinggi
• Menggunakan penilaian autentik
Berikut merupakan contoh pembelajaran yang menerapkan CTL pada konsep Aqidah Ahlak di kelas X

1. Menarik dan Memfokuskan Perhatian Siswa
a) Pada tahapan pembelajaran ini terkandung pilar CTL
b) Membuat keterkaitan yang bermakna
c) Membantu individu untuk berkembang

2. Kegiatan Apersepsi
Adapun pilar CTL yang diterapkan dalam kegiatan apersepsi, yaitu:
a) Membuat keterkaitan yang bermakna
b) Berpikir kritis dan kreatif
c) Membantu individu untuk berkembang
d) Menggunakan penilaian autentik.

3. Merumuskan Masalah dan Hipotesis
Bagi siswa yang masih belum terbiasa membiasakan Beraklak dengan baik, maka rumusan masalah dapat diajukan oleh guru. Di tahapan ini, pilar CTL yang melandasi ialah:
a) Membuat keterkaitan yang bermakna
b) Membantu individu untuk berkembang

4. Menjelaskan Kegiatan Mempraktektekan
Meskipun sebelum kegiatan mempraktekan dilaksanakan siswa telah diminta untuk memahami langkah kerja yang akan dilakukan, akan tetapi penting untuk memastikan bahwa siswa melaksanakan prosedur yang benar. Dengan kata lain, guru telah membantu individu untuk berkembang.




5. Kegiatan Mempraktekan
Kegiatan mempraktekan dan diskusi kelompok/kelas merupakan sarana bagi siswa untuk mengeksplorasi kemampuan mereka sebesar-besarnya. Siswa diharapkan dapat:
a) Membuat keterkaitan yang bermakna
b) Melakukan pekerjaan yang berarti
c) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
d) Bekerja sama
e) Berpikir kritis dan kreatif
f) Mencapai standar yang tinggi. Dan berahlak baik

Guru membantu individu untuk berkembang dan mencapai standar tinggi dan berahlak baik. Untuk mengukur kemampuan siswa yang sesungguhnya maka digunakan penilaian autentik berupa penilaian kinerja.

6. Diskusi Kelompok
Mendiskusikan pelajaran yang akan dibahas sesuai dengan materi, pemberian satu kelompok satu materi.

7. Diskusi Kelas
Siswa mengembangkan pengetahuannya yang telah didapatnya dengan berdialog secara terbuga

8. Menyimpulkan
Di kegiatan terakhir pembelajaran siswa diajak untuk membuat keterkaitan yang bermakna dengan menyimpulkan. Mereka diharapkan dapat mencapai standar yang tinggi setelah usai mengikuti serangkaian tahapan kegiatan pembelajaran.


EmoticonEmoticon