Kamis, 07 April 2011

Pengembangan Disain Pembelajaran

Pengembangan Disain Pembelajaran

A. Latar belakang Masalah
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misahwa sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembela.jarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran, pada bagian ini akan dipelajari tentang: Pengertian teori dan model; Teori dasar behavioris, kognitif, dan konstruktif; Model pembelajaran; Taksonomi Bloom; Perbaikan taksonomi Bloom;Model kondisi belajar Robert Gagne; serta Model pemrosesan informasi.
Pengertian Teori dan Model
Untuk memahami teori dan model pembelajaran perlu dipahami pengertian teori dan model. Pada bagian ini akan dipelajari tentang pengertian teori dan model agar pembaca dapat memilih teori dan model secara tepat.Apakah Teori? Dorin, Demmin, dan Gabel (1990) menjelaskan beberapa pengertian teori yang meliputi;Suatu teori menyajikan penjelasan umum berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam jangka lama; Suatu teori menjelaskan dan meramalkan perilaku.Suatu teori tidak dibangun dalam keraguan. Suatu teori dapat dimodifikasi. Kebanyakan teori tidak dapat dibuang seluruhnya bila diuji kembali, tetapi teori dapat diterima dalam waktu yang lama kemudian menjadi usang dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga tidak diterima lagi.
Menyimak pengertian teori di atas, pemilihan teori yang digunakan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara cermat dan tepat. Penentuan teori dalam pembelajaran sangat penting karena dapat mewujudkan keberhasilan yang lebih nyata. Dengan memilih dan menggunakan teori, seorang guru dapat lebih berkomunikasi secara universal bersama guru lainnya dari sekolah mana pun, karena penyusunan teori telah diuji kebenarannya dalam waktu yang lama dan di berbagai tempat di belahan dunia ini. Teori tidak dibangun dalam keraguan artinya teori itu telah dapat diterima oleh banyak pihak. Walau demikian, seperti dijelaskan oleh Dorm, Demmin, dan Gabel (1990) suatu teori dapat dimodifikasi karena dalam beberapa hal teori dapat usang atau tetap terkini (up to date), hanya penerapannya belum tentu sesuai dalam suatu kondisi tertentu. Oleh karena itu, suatu teori yang dipilih dan ditentukan perlu dipahami dengan jelas sehingga dapat diterapkan dengan mudah dalam konteks yang berlainan. Selanjutnya, penerapan teori dapat disesuaikan apabila setelah dicermati terdapat fakta yang mengharuskan demikian. Penerapan suatu teori tidak dapat dipaksakan bila keadaan sangat tidak memungkinkan. Adalah hal yang tidak bijaksana apabila kita menerapkan teori hanya karena teori itu sendiri atau demi keterlaksanaan teori sebagai alasan akademis. Alasan praktis juga perlu digunakan untuk menentukan dan menerapkan teori dalam pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara lebih efisien. Dalam desain pembelajaran dikenal dasar teori meliputi teori behavioris, kognitif, dan konstruktif.
Apakah Model?
Sebuah model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990) Model dapat berupa skema, bagan, gambar, dan tabel. Model menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh. Model dapat membantu kita melihat kejelasan keterkaitan secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan menyeluruh. Hal ini disebabkan suatu model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau tabel. Dengan mencermati model kita dapat membaca uraian tentang banyak hal dalam sebuah pola yang mencerminkan alur pikir dan pola tindakan.
Teori Dasar-Behavioris, Kognitif, dan Konstruktif
Secara umum dikenal teori-teori mendasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Kurikulum apa pun tidak dapat menganut salah satu teori secara utuh dengan mengabaikan teori dasar lainnya. Suatu teori tentang ilmu sosial termasuk pendidikan dapat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu, teori dapat saling melengkapi dan saling menguatkan. Kurikulum Berbasis Kompetensi cenderung menggunakan teori-teori dasar tersebut dengan saling melengkapi. Idealnya dalam Kurikulunn Berbasis Kompetensi hanya dipilih satu teori misalnya konstruktivis, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa teori behavioris tetap dapat digunakan terutama untuk melihat perubahan perilaku yang jelas, misalnya dalam merumuskan tujuan. Berikut akan kita cermati teori dasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran, yaitu behavioris, kognitif, dan konstruktif. Kemudian akan kita cermati pula kekuatan dan kelemahan ketiga teori dasar tersebut.
Behavioris
Behavioris berdasarkan pada perubahan perilaku. Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis. Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles mengemukakan bahwa ‘ingatan’ selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris yang terkenal adalah Pavlov, Watson. Thorndike, dan Skinner. Pavlov ( 1849- 1936) seorang ahli fisiolog (ilmu faal) dari Rusia, mengemukakan teori ini berdasarkan percobaannya yang terkenal dengan melibatkan makanan, anjing, dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak memberikan respon dari seekor anjing, setelah diberi makanan anjing itu mulai mengeluarkan air liur. Dalam pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum anjing diberi makanan, kemudian setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku: anjing itu dapat mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov menggunakan hipotesis stimulus (rangsang)-respon (tanggapan). Makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan sedangkan bel merupakan stimulus yang dikondisikan. Mengeluarkan air liur sebelum mendengar bel merupakan respon yang tidak dipelajari, sedangkan mengeluarkan air liur setelah mendengar bel merupakan respon (terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran. Thorndike (1874- 1949) mengemukakan hubungan sebah akibat antara stimulus dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hukum akibat latihan, dan kesiapan. Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara positif (diberi hadiah) akan terjadi penguatan dalam belajar. Sebaliknya bila hubungan ini dihargai negatif (diberi hukuman) akan terjadi penurunan dalam motivasi belajar. Hukum latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang tanpa pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja seseorang. Kemudian hukum kesiapan menyatakan struktur sistem saraf seseorang dapat mempunyai kecenderungan tertentu dalam perubahan pola perilaku tertentu. Menurut Watson (1878-1958): seseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melaluii hubungan stimulus-respon dalam pengkondisian. Skinner (1904-1940), seperti Pavlov, “Thorndike, dan Watson, meyakini pola hubungan stimulus-respon. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya, teori Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu, para pendahulunya dikatakan sebagai menguna­kan kondisi klasikal, sedangkan Skinner menggunakan kondisi operasional atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi: Penguatan positif atau penghargaan, tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi (nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih giat) Penguatan negatif, tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskari diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi (memungkinkan pemberi­an alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan mem­buat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lainnya). Pemadaman atau tanpa penghargaan, tanggapan yang tidak diberi penguatan cenderung tidak akan diulangi (mengabaikan alasan untuk terlambat ke sekolah, akan membuat seorang peserta didik jera datang terlambat.
Hukuman, tanggapan yang diberi konsekuensi yang tidak menye­nangkan atau menyakitkan akan membuat seseorang merasa tertekan, tetapi perilakunya akan muncul kembali bila aturannya berubah (menghukum peserta didik yang mengganggu peserta didik lain akan menghentikan tindakan mengganggu tersebut).
Ringkasan dari teori behavioris yang dikemukakan Pavlov, Thomdike, Watson, dan Skinner sebagai berikut: (a) Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan, (b).Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman, (c).Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur atau diamati, (d) Guru tidak perlu tahu pengetahuan apa yang telah diketahui dan apa yang terjadi pada proses berpikir seseorang.
Implikasi dari teori belravioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memerhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada tingkah laku apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu.
Kognitif
Kognitif merupakan teori yang, berdasarkan proses berpikir di belakang perilaku. Peruhahan perilaku diamati dan digunakan sebagai indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Pelopor teori kognitif yang terkenal adalah Jean Piaget. Gagasan utama teori kognitif adalah perwakilan mental. semua gagasan dan citraan (image) seseorag diwakili dalam struktur mental yang disebut skema. Skema akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima akan dipahami seseorang . Jika informasi sesuai dengan skema yang ada, maka peserta didik akan menyerap informasi tersebut ke dalam skema ini. Seandainya tidak sesuai dengan skema yang ada, informasi akan ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau skema yang akan diubah dan disesuaikan.
Penganut teori kognitif mengakui bahwa belajar melibatkan penggabung­an-penggabungan (associations) yang dibangun melalui keterkaitan atau penguatan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan (reinforcement) walaupun lebih menekankan pada pemberian balikan (feedback) pada tanggapan yang benar dalam perannya sebagai pendorong (motivator). Walaupun menerima sebagian konsep dari behavioris, para penganut teori kognitif memandang belajar sebagai perbuatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif di mana seseorang memproses dan menyimpan informasi (Good dan Brophy, 1990, hal. 187).
B.Tujuan Program
Pendekatan konstruksi pengetahuan dalam desain pembelajaran berbasis model
SOI (selecting , organizing , dan integrating )mendasarkan diri pada beberapa tujuan pembelajaran yang fokus pada: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana belajar.
Tujuan pembelajaran fokus pada proses.
Pembelajaran konstruktivistik mendasarkan diri pada gagasan, bahwa terdapat nilai yang lebih penting yang harus dijadikan dasar mempersepsi apa yang terjadi apabila mahasiswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya mahasiswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu,
perspektif pembelajaran hendaknya mengembalikan mahasiswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh dosen. Hal ini merupakan nilai yang abadi yang digagas oleh John Dewey (1902). Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada mahasiswa.
Dalam pendidikan berpusat pada mahasiswa, tujuan pembelajaran hendaknya lebih berfokus pada upaya bagaimana memajukan perubahan kognitif. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran hendaknya dikemas dalam sebuah model pembelajaran perubahan konseptual (Santyasa, 2002). Pembelajaran yang fokus pada proses pembelajaran adalah suatu nilai utama pendekatan konstruktivstik.
Tujuan pembelajaran fokus pada transfer belajar.
Pendekatan konstruktivistik juga mendasarkan diri pada premis “siswa dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari”. Satu nilai yang dapat dipetik dari pendekatan tersebut, bahwa meaningful learning harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning, dan deep understanding harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan senseless memorization. Konsep belajar bermakna sesungguhnya telah dikenal sejak munculnya psikologi Gestal dengan salah satu pelopornya Wertheimer (1945). Sebagai tanda pemahaman mendalam adalah kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.
Tujuan pembelajaran fokus pada bagaimana belajar.
Pendekatan konstruktivistik secara jelas meletakkan nilai dasar tentang bagaimana belajar (how to learn) dibandingkan hanya apa yang dipelajari (what to learn). Untuk mencapai tujuan learning how to learn, keterampilan berpikir tidak bisa dimanjakan dalam proses belajar. Implikasi untuk tujuan pembelajaran adalah memfasilitasi mahasiswa untuk lebih banyak menggunakan ketarampilan berpikirnya dalam belajar. Belajar berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar untuk mencapai pemahaman secara mendalam (Santyasa, 2003).
Penggunaan keterampilan berpikir dalam belajar berarti pula melibatkan strategi
belajar untuk mengembangkan proses-proses kognitif.
C. Karakteristik Siswa/peserta didik
Karateristik siswa adalah merupakan salah satu variable dari kondisi pemebelajaran. Varibel ini didefinikan sebagai aspek-aspek atau kualitas motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan belajar, kemampuan berfikir dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Karakter siswa akan amat mempengaruhi dalam pemilihan strategi pengelolaan yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan peserta didik.
1. Motivasi belajar
a. Pengertian Motivasi menurut Etimologi Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris – “MOTIVATION”, yakni bermaksud tujuan atau niat,
Menurut Istilah  (Terminologi)
  • Sobry Sutikno
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
  • Mc. Donald
Adapun menurut, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
  • Wexley & Yukl
Pengertian motivasi menurut Wexley & Yukl adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
  • Mitchell
Sedangkan menurut Mitchell motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
  • Menurut Gray l
Pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
  • Menurut Morgan
Mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
  • Menurut McDonald
Pengertian motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
  • Chung dan Megginson
Pengertian motivasi yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
  • T. Hani Handoko
Mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
  • Anwar Prabu Mangkunegara,
Memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
  • Hadari Nawawi
Mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
  • Henry Simamora
Pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
  • Soemanto
Mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
  • Kesimpulan
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
b. Fungsi Motivasi dalam belajar
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan factor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan siswa.Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk merealisasikan diri. Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1)    Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2)    Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3)    Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
c. Pengaruh motivasi dalam belajar
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas
Pengaruh motovasi dalam belajar dapat mendorong aktivitas siswa untuk melakukan, memikirkan, atau konsentrasi dalam belajar.
d. Strategi menumbuhkan motivasi dalam belajar
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1)    Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2)    Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3)    Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4)    Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5)    Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6)    Memberikan perhatian maksimal
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7)    Membantu kesulitan belajar
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
8)    Menggunakan metode yang bervariasi, dan
9)    Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Gaya Belajar.
Setiap orang ditakdirkan berbeda, tak terkecuali dalam bagaimana seseorang belajar. Setiap individu memiliki gaya belajar yang berlainan. Bagi seorang guru, sangat penting mengetahui gaya belajar siswanya sehingga cara mengajarnya dapat mencapai hasil yang lebih maksimal dengan menyesuaikan gaya belajar siswa-nya.
Seringkali guru salah menilai jika ada siswa yang tidak bisa duduk diam dan tenang. Seringkali malah siswa tersebut dianggap nakal. Bisa saja siswa bertingkah seperti itu karena guru memberikan cara pengajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut sehingga dia susah memahami pelajaran dan menjadi bosan.
Menurut penelitian, ada banyak kategori gaya belajar siswa. Namun, gaya belajar yang banyak dibicarakan dan akan sedikit dibahas disini ada tiga yaitu; visual/spatial, auditori/aural dan kinestetik/physical.
1). Gaya Visual/Spatial
Pembelajar gaya visual, lebih suka menggunakan foto, membuat gambar, bermain warna, dan peta untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dia suka membaca, suka menulis, suka mencoret-coret kertas, lebih menyukai membaca cerita dibandingkan mendengar cerita, cepat dalam melakukan penjumlahan atau perkalian, pintar dalam mengeja kata, dan sering mencatat segala yang diperintahkan.
Pembelajar tipe ini dapat dengan mudah memvisualisasikan benda, rencana dan hasil pikiran mata. Juga memiliki kemampuan yang baik tentang tata ruang sehingga mudah memahami peta. Untuk mengajar pembelajar visual, gunakan foto, gambar, warna dan media visual lainnya untuk membantu belajar. Pakai alat tulis (spidol, kapur dll) minimal empat warna.
Banyak menggunakan “kata visual” dalam ungkapan. Contohnya: lihat, gambar, perspektif, visual, dan peta. Gunakan peta pikiran (mind map) untuk memberikan penjelasan atau membuat catatan. Gunakan diagram sistem membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian-bagian dari sistem. Pakailah teknik bercerita  tertentu dapat membantu pembelajar tipe ini untuk menghafal materi yang tidak mudah untuk “dilihat”.
Beberapa profesi yang sebagian besar menggunakan gaya visual adalah seni visual, arsitektur, fotografi, video atau film, desain, perencanaan (khususnya yang strategis), dan navigasi.
2). Gaya Auditori/Aural
Pembelajar tipe ini suka belajar atau bekerja dengan suara dan musik. Memiliki sensitifitas dalam nada dan ritme. Biasanya bisa bernyanyi, memainkan alat musik, atau mengenali suara dari berbagai instrumen. Musik tertentu memiliki pengaruh kuat ke emosinya. Untuk pembelajar dengan gaya belajar auditori gunakan banyak suara, irama dan musik. Bacakan materi menggunakan suara yang keras, membuat sesi tanya jawab, berdiskusi, sambil mendengarkan musik ataupun bekerja secara kelompok
Gunakan mnemonic (jembatan keledai) dengan ritme menarik atau jingle lagu untuk menghafalkan sesuatu.
Perlu pemanfaatan konten yang menggunakan suara dalam asosiasi dan visualisasi. Misalnya suara binatang ketika  belajar mengenai biologi, suara mesin ketika belajar kecepatan di fisika dll
3. Gaya Kinestetik/Physical
Gaya Belajar ini lebih banyak belajar melalui melakukan sesuatu secara langsung (bergerak, bekerja dan menyentuh) Siswa yang memiliki gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan melakukan suatu aksi yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingat atau memahami sesuatu.
Pembelajar kinestetik tak tahan duduk berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, siswa yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Pembelajar karakteristik ini dianjurkan untuk belajar melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model peraga, seperti bekerja di lab atau belajar di alam atau sambil bermain. Perlu juga secara berkala mengalokasikan waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya. Usahakan membuat sesi pembelajaran yang melibatkan kegiatan fisik seperti drama, membaca puisi, atau permainan sederhana.
3.Kemampuan awal siswa
Menurut Reigeluth, 1983 mengidenfikasikan 7 jenis kemampuan awal yang dapat dipakai untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian dan pengungkapan kembali pengetahuan baru, ketujuh jenis kemampuan awal ini adalah:
  1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi(arbitrarily meaningful knowledge)sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan yang bermakna untuk memudahkan retensi.
  2. Pengetahuan analogis( analogic knowledge) yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada diluar isi yang sedang dibicarakan.
  3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi(superordinate knowledge), yang berfungsi sebagai kerangka cantolan bagi pengetahuan baru.
  4. Pengetahuan setingkat(coordinate knowledge) yang dapat memenuhi funsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/ atau komperatif
  5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah(subordinate knowledge), yang berfungsi untuk  mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh.
  6. Pengetahuan pengalaman (experiential knowledge) yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah,  yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh=contoh bagi pengetauan baru.
  7. Strategi kognitif(cognitive strategy), yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru, mulai dan penyandian, penyimpanan, sampai pada pengungkapan kembali pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan.
Bila dilihat dari tingkat penguasaannya, kemampuan awal bisa diklasifkasi menjadi tiga, yaitu:
a. Kemampuan awal siap pakai.
Kemampuan awal siap pakai mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal yang manapun dari tujuh kemampuan awal yang diidentifikasikan Reigeluth, yang benar-benar telah dikuasai oleh pelajar dan dapat dipakai kapan saja, serta dalam situasi apapun.
b. kemampuan awal siap ulang,
Kemampuan awal siap ulang mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal, yang sudah pernah dipelajari siswa, namun belum dikuasai sepenuhnya atau belum siap dipakai ketika diperlukan. Karena belum menjadi miliknya,  maka siswa masih amat tergantung pada adanya sumber-sumber yang sesuai untuk menggunakan kemampuan ini.
c. kemampuan awal pengenalan.
Kemampuan awal pengenalan mengacu kepada kemampuan-kemampuan awal, yang manapun dari ketujuh kemampuan awal diidentifikasikan Reigeluth, yang baru dikenal. Mungkin karena baru pertama kali dipelajari oleh siswa sehingga perlu diulangi beberapa kali agar menjadi siap pakai. Kemampuan awal ini, disamping masih amat tergantung pada tersedianya sumber-sumber, juga sering kali belum dikuasai.
D. Guru/Intruktur/Fasilitator
1. Guru sebagai Komponen Pendidikan
Guru yang membimbing harus orang kompeten, pendidik yang kompeten  adalah guru yang mempunyai kesadaran kependidikan yang tinggi dan memenuhi syarat -syarat seorang guru yang baik.
a. Kesadaran kependidikan.
Menurut J. Murry Lee dalam bukunya” Elementry Education to day and tomorrow, bahwa pada seorang guru sebagai anggota profesi hendaklah terdapat kesadaran profesi seabagai berikut:
1)    Kesadaran pertama, adalah kesadaran pelayanan profesi mengemban tugas untuk kepentingan masyarakat. Kesadaran ini diterapkan dan tercermin dalam prilaku di Sekolah dan luar sekolah.
2)    Kesadaran kedua, adalah kesadaran profesi guru menuntut kompetensi intelektual dan keterampilan profesi yang cukup tinggi, hal ini berarti adanya kesadaran untuk meniglkatkan harkat, martabat dan wibawa profesi.
3)    Kesadaran ketiga, adalah kesadaran tentang  jaminan  terhadap masyarakat bahwa kita mampu untuk melaksanakan tugas mengajar dengan baik, berarti seorang guru mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
4)    Kesadaran keeempat, adalah kesadaran untuk berorganisasi untuk kepentingan meningkatkan aktifitas dan pertumbuhan professional.
b. Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik.
Untuk menjadi guru yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1).        Ijazah guru.
Seorang guru/pendidik haruslah mempunyai Ijazah guru, karena ijazah ini merupakan bukti otentik bahwa seseorang itu telah mempunyai dasar keguruan.
2).        Sehat jasmani dan rohani.
Pendidik haruslah sehat  jasmaniyah dan rohaniyah yang dibuktikan dengan keterangan dokter. Hal ini penting sebab orang yang tidak sehat tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik dan teratur, apalagi tugas yang berat karena menyangkut masyarakat.
3).   Mempunyai kepribadian yang baik.
Pendidik merupakan contoh hidup( living example) bagi peserta didik, oleh sebab itu gurulah yang lebih dahulu menerapkan norma-norma yang terpuji yang tercermin dalam perbuatannya.
4).        Memiliki rasa tanggungjawab,
Pendidik haruslah orang yang bertanggungjawab dapat meninggalkan norma daerah dan kelompok untuk kepentingan nasional. Sehingga setiap permasalahan dapat dilihat dalam konteks yang luas.
c. Sikap dan sipat-sipat guru yang utama
Pendidik yang baik haruslah memiliki sikap mental dan siapat-sipat yag utama. Sikap dan sifat utama ini akan menjadikan seseorang itu mempunyai wibawa sehingga orang berkeinginan untuk mengikutinya. Sesuai dengan tugas Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia seabagai pendidik yang ulung, dengan sabdanya: “ sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia ( H.R Bukhari dan Muslim).
Sikap dan sipat-sipat utama itu merupakan kunci kesuksesan seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya. Sikap dan sipat itu antara lain:
1).  Adil.
Pendidik haruslah menerima muridnya secara adil, guru tidak membedakan murid yang pintar dengan yang bodoh, yang cakap dengan yang kurang cakap, sehingga murid merasa diperlakukan sama dan secara adil.
2).  Percaya dan cinta kepada anak didik dalam arti yang positif.
Pendidik haruslah mempercayai murid bahwa mereka mampu mandiri, Guru harus menyenangi murid dalam arti yang positif, sehigga kegiatan akan berjalan dengan penuh kedamaian. Guru harus mempunyai suatu keyakinan bahwa murid mempunyai kata hati yang cendrong kepada yang baik, tetapi kata hati murid masih lemah oleh sebab itu guru mengembangkan dan membimbingnya supaya mempunyai kepribadian mandiri.
3). Sabar dan rela berkorban.
Pendidik haruslah mempunyai kesabaran yang tinggi, sebab seorang pendidik menghadapi manusia yang terdiri dari berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda, kemauan yang beragam, watak dan kecendrongan yang berbeda pula. Karena orang yang sabar disayang Allah, sesuai dengan firmannya berbunyi: “ Sesungguhnya Allah Cinta orang yang sabar” ( Q.S. Al-Baqoroh 153).
4). Mempunyai kewibawaan terhadap murid.
Kewibawaan adalah pengakuan murid terhadap kelebihan gurunya sehingga mereka terdorong untuk meniru dan mengikutinya dengan sukarela.
5). Guru harus cerah dan riang.
Seorang guru harus cerah dan riang sehingga murid tidak terperangkap dengan perasaan yang tertekan. Mereka akan belajar sambil bermain untuk mencapai tujuan pendidikan.
6). Bersikap baik terhadap guru lainnya.
Rekanan guru adalah merupakan kelompok pendidik yang saling mengisi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Kalau dewan guru atau rekanan guru tidak sejalan dalam mendidik murid, sama halnya laksana dua orang yang satu membangun yang lainnya meruntuhkan, tak mungkinlah gedung akan berdiri. Demikian pulalah rekanan guru yang tak searah, menimbulkan masalah baru, yang akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan.
7). Bersikap baik terhadap masyarakat.
Masyarakat adalah partner guru dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa kerjasama masyarakat dengan guru sulitlah untuk melaksanakan pendidikan dengan baik. Karena pada hakikatnya guru itu pengabdi dan pelayan masyarakat.
8). Guru harus menguasai materi yang diajarkan.
Penguasaan bahan ajar merupakan keharusan bagi guru, karena tanpa penguasaan materi yang sempurna akan menimbulkan kehilangan wibawa seorang guru. Bila murid tahu kelemahan gurunya maka akan terjadilah suasana yang tidak serasi. Kalau hal ini terjadi berlarut-larut akan menimbulkan dampak negative pada hasil belajar murid.
9). Guru harus suka pada mata pelajarannya.
Pendidik harus menyenangi pelajaran yang diajarkan, sehingga akan mudah mempersiapkan dan melaksanakan. Pelajaran yang disenangi akan berhasil lebih baik ketimbang pelajaran yang dibenci, karena pelajaran yang disenangi guru menjadikan proses belajar mengajar yang lebih hidup dan gembira.
10). Guru harus mempunhyai pengetahuan yang luas.
Dalam masyarakat tertentu guru dianggap serba tahu segala hal, tempat bertanya kalau tak mengetahui, tempat mencari informasi dansebagainya. Kecewalah masyarakat bila guru panutannya mempunyai banyak kelemahan.
E.Fasilitas Sarana dan prasarana
1. SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Pengertian sarana dan prasarana, Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat langsung dan tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan . misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dsb. Sedangkan sarana pendidikan berarti alat  untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya ; Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb.
Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut keputusan menteri P dan K No 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.
Secara micro (sempit) kepala sekolahlah yang bertanggung jawab atas pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah sekolah. Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolah serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan secara khusus maupun tujuan secara umum.
Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan prasarana di antaranya adalah :
a. Berdasarkan konsepsi lama dan modern
Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di artikan sebagai sebuah sistem yang mengatur ketertiban peralatan yang ada di sekolah Menurut konsepsi modern administrasi sarana dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah . Guru menurut konsepsi lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah, menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
b. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
v  Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan di siplin (pendekatan otoriter )
Seperangkat kegiatan untuk   mempertahankan ketertiban saranamdan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi
Seperangkat kegiatan untuk   memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan permisif)
v  Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran (pendekatan intruksional)
Seperangkat kegiatan untuk   mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
v  Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Pengertian lain dari administrasi sarana dan prasarana adalah suatu usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelengkapan sarana yang ada.
Dengan demikian adminitrasi sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang di butuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan.
2. PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
1). Hakikat Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses perkiraan dan penetuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Sondang P. Siagian). Menurut Roger A. Kauffman seperti yang dikutip oleh Nanang Fatah, perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.
Perencanaan adalah pola perbuatan menggambarkan dimuka hal-hal yang akan dikerjakan kemiduan. Dengan kata lain, planning adalah memikirkan sekarang untuk tindakan yang akan datang. Perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi sewa atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan saran dan prasarana dapat diartikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi sewa atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.Perencanaan kebutuhan merupakan rincian fungsi perencanaan yang mempertimbangkan suatu faktor kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam menentukan kebutuhan diperlukan beberapa data diantaranya adalah distribusi dan komposisi, jenis, jumlah, dan kondisi (kualitas) sehingga berhasil guna, tepat guna, dan berdaya guna dan kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besaran pembiayaan dari dana yang tersedia.
2). Tujuan Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Adalah demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan dan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas kegiatan untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingan.
3). Manfaat Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manfaat perencanaan yaitu dapat membantu dalam menentukan tujuan, meletakkan dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah, menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian agar nantinya kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.
4). Karakteristik Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu rencana yang baik selalu menuju sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dilandaskan atas perhitungan dan selalu mengandung kegiatan/tindakan/usaha. Sasaran perencanaan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5). Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Perencanaan yang efektif dalam penyusunannya harus dilakukan melalui suatu rangakaian pertanyaan yang perlu dijawab dengan memuaskan:
(What) Kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan?(Where) Dimana kegiatan hendak dilaksanakan? Pertanyaan ini mencakup tata ruang yang disusun, tempat yang akan digunakan, tempat perhimpunan alat-alat serta perlengkapan lainnya. (When) Bilamana kegiatan tersebut hendak dilaksanakan? Hal ini berarti harus tergambar sistem prioritas yang akan digunakan, penjadwalan waktu, target, fase-fase tertentu yang akan dicapai serta hal-hal lain yang berhubungan dengan faktor waktu. Rencana kebutuhan dibuat untuk jangka waktu pendek, menengah, dan panjang.
(How) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan ke arah tercapainya tujuan? Yang diackup oleh pertanyaan ini menyangkut system kerja, standar yang harus dipenuhi, cara pembuatan dan penyampaian laporan, cara menyimpan dan mengolah dokumen-dokumen yang timbul sebagai akhir pelaksanaan. (Who) Pertanyaan siapa? Berarti diketemukannya jawaban tentang personalia, tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab.
(Why) Secara filosofis, pertanyaan yang terpenting diantara rangkaian pertanyaan ini ialah “Mengapa” karena pertanyaan ini ditujukan kepada kelima pertanyaan yang mendahuluinya.
F.Tujuan Pembelajaran(TIK)
Sejumlah penelitian menghasilkan berbagai kesimpulan yang mengindikasikan inkonsistensi. Beberapa riset menghasilkan temuan bahwa penggunaan tujuan pembelajaran khusus dalam proses belajar-mengajar ternyata meningkatkan prestasi belajar siswa; sementara riset lain tidak menemukan perbedaan hasil belajar antara pembelajaran dengan menggunakan dengan yang tidak menggunakan tujuan pembelajaran khusus.
Hal itu mengakibatkan adanya segolongan ahli yang skeptis di samping mereka yang tetap merasa yakin akan kegunaan tujuan pembelajaran khusus dalam pengajaran. Mengenai rasional perlu digunakannya tujuan pembelajaran khusus dapat diikuti pendapat R.W. Tyler (1964),
R.M. Gagne (1965), dan De Cecco (1977) sebagai berikut: (1) Tujuan pembelajaran khusus membimbing guru dalam perencanaan pengajaran, yang memungkinkan guru dapat merancang langkah-langkah kegiatan apa yang perlu dilakukan siswa dalam mencapai tujuan; (2) tujuan pembelajaran khusus menjadi acuan dan memudahkan guru didalam menilai performans siswa; (3) tujuan pembelajaran khusus membimbing siswa dalam mengarahkan perhatiannya dan usaha belajarnya, dan untuk itu siswa harus mengetahui apa yang hendak dicapai sebelum menjalani kegiatan belajar.
Dari tiga sudut pandang R.J. Kibler dkk. menjelaskan rasional perlu digunakannya tujuan pembelajaran khusus sebagai EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya berikut:
(1) Dari sudut rational and intuitive perspective, digunakannya tujuan pembelajaran khusus dalam pembelajaran berkenaan dengan meluasnya penerimaan gagasan akontabilitas pendidikan. Artinya dengan tersedianya tujuan-tujuan pembelajaran khusus dalam program pengajaran yang disusun guru, maka para orang tua, supervisor, dan dewan sekolah dapat mengetahui apa yang dilakukan guru dan apa yang dipelajari siswa;
(2) Dari sisi empirical perspective ternyata banyak riset menemukan bahwa penggunaan tujuan pembelajaran khusus dalam proses belajar-mengajar dapat meningkatkan prestasi belajar. Adanya inkonsistensi hasil-hasil penelitian tidak lain disebabkan karena kelemahankelemahan metodologis dalam penelitiannya itu sendiri;
(3) Dari sudut functional perspective, penggunaan tujuan pembelajaran khusus dalam pengajaran bermanfaat bagi banyak pihak:
(a) Bagi siswa, dengan mengetahui dan memahami tujuan pembelajaran khusus siswa tidak akan menduga-duga apa yang mereka harus pelajari dan apa yang seharusnya mereka demonstrasikan setelah mengikuti pelajaran;
(b) Bagi guru, tujuan pembelajaran khusus yang jelas akan memudahkan dalam menentukan pilihan materi pelajaran, metode, kegiatan belajar, dan alat evaluasi;
(c) Bagi administrator, tersedianya tujuan pembelajaran khusus memungkinkan mereka dapat mengontrol ketepatan implementasi kurikulum;
(d) Bagi Dewan Pendidikan, tujuan pembelajaran khusus merupakan salah satu bahan kongkrit dalam menilai program;
(e) Bagi orang tua, tujuan pembelajaran khusus menjadi bermanfaat jika guru secara teratur mengirimkan laporan mengenai ketercapaiannya oleh anak-anak mereka. Penelitian ini dirancang dalam desain penelitian sebagai di bawah ini. Guru Sejarah di kelas IIA sampai kelas II E ditunjuk sebagai pelaksana eksperimen. Guru yang bersangkutan ditugaskan untuk melaksanakan beberapa tugas dengan bimbingan dan petunjuk dari peneliti,
G. Pengembangan Bahan
1. Bahan pengajaran mandiri.
Bentuk kegiatan intruksional yang pertama adalah kegiatan pengajar bertindak sebagai fasilitator sedangkan mahasiswa atau siswa belajar sendiri. Bentuk kegiatan intruksional ini disebut belajar mandiri( independent learning)
Dalam belajar mandiri mahasiswa menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Bahan dipelajarinya tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Jenis bahan belajar tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi dari program media, bahan cetak,film, kaset radio, slide, program video, televise, computer dan lain-lain.
2. Pengajar sebagai sumber bahan pelajaran.
Bentuk kegiatan intrruksional yang menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal disebut pengajaran konvensional. Kegiatan intruksional ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun. Kecuali garis-garis besar, isi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada permulaan pelajaran, beberapa tranparansi, lembaran kertas yang berisi gambar, bagan dan formulir-formulir isian untuk digunakan dalam latihan( ekercise) selama proses pengajaran. Mahasiswa mengikuti kegiatan intruksional tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.
3. Pengajar sebagai penyaji bahan belajar yang dipilih yang disingkat dengan (PBS).
Kegiatan intruksional PBS menggunakan bahan belajar yang telah ada dilapangan. Bahan belajar itu dipilih oleh pengajar atas dasar kesesuaiannya dengan strategi intruksional yang telah disusunnya. Pengajar menyajikan isi pelajaran sesuai dengan strategi intruksional yang telah disusunnya dengan menambah atau mengurangi dengan materi yang ada di dalam bahan belajar yang digunakan.
H. Strategi Pembelajaran
1. Metode pengajaran
Metode dan Strategi Belajar ia;lah pola umum perbuatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar, sedangakan metode berasal dari kata Yunani ( Greek ) yang terdiri dari ( metha = melalui/ melewati  hodos = jalan/cara ). Jadi metode belajar mengajar berarti jalan atau cara yang yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran. Strategi dan metode ini mutlak harus digunakan dalam proses belajar mengajar, supaya kita mencapai tujuan yang maksimal, tanpa metode dan strategi akan mendapatkan banyak kendala dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan tuntutan Allah dalam surat 16 An-Nahal ayat 125 berbunyi:
Artinya:  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Disini dijelaskan supaya dalam memberikan pelajaran dilaksanakan dengan bijaksana atau dengan strategi dan metode yang baik agar mencapai hasil yang baik pula. Metode yang dapat yang digunakan dalam proses belajar sangat beragam. Menurut Hasibuan Dip. Ed dkk ada enam macam yaitu:  metode ceramah, Tanya jawab,  diskusi,    kerja kelompok, simulasi  dan demontrasi.
Menurut Tim Bakti Guru, metode belajar mengajar itu terdiri empat belas macam yaitu:  Penugasan,   proyek, diskusi , ekprimen, widyawisata, bermain peran, demontrasi, sosiodrama, pemecahan masalah, Tanya jawab, ceramah, latihan, bercerita dan pameran.
Menurut Prof Dr Winarno Surakhmad metode belajar mengajar itu terdiri dari delampan metode yaitu: ceramah, tanyajawab, diskusi, latihan, demontrasi, ekprimen, karyawisata dan kerjakelompok.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode belajar mengajar itu bervariasi sekali jika variasi ini diterapkan dengan seksama dalam pengajaran maka guru dan murid tidak akan cepat jemu dalam mengajar. Adapun metode itu ialah:
a.metode ceramah.
Metode ceramah suatu metode mengajar yang penyajian materinya melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa.
b. metode Tanya Jawab.
Metode Tanya Jawab suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya.
c. metode diskusi.
Metode diskusi suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dalam suatu masalah.
d. metode kerja kelompok.
Metode kerja kelompok cara penguasaan bahan pelajaran dengan mengerjakan tugas atau topic secara berkelompok.
e. metode simulasi.
Metode simulasi suatu cara mengajar dengan perbuatan hanya berpura-pura atau berlaku sebagai dalam ituasi tertentu.
f. metode demonstrasi.
Metode demontrasi suatu cara mengjar dengan mempertunjukkan sesuatu atau cara mengerjakan sesuatu.
g. penugasan.
Metode penugasan suatu cara penyajian dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang dispersiapkan guru sehingga dapat mengalami secara nyata baik perkelompok atau perorangan.
h. eksprimen.
Metode eksperimen suatu cara penyajian materi dengan pemberian kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk melakukan percobaan mandiri, siswa merencanakan, menemukan fakta, mengumpulkan data, meneliti variable dan memecahkan masalah.
i. metode proyek.
Metode proyek suatu cara penyajian dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuannya dalam membahas suatu topic.
j. widyawisata.
Metode widyawisata suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa langsung  siswa kepada obyek yang akan dipelajari diluar kelas.
k. bermain peran.
Metode bermain peran suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dalam memerankan dirinya sebagai tokoh atau benda mati.
l. sosiodrama.
Metode sosiodrama suatu cara mengajar dengan pemberian kesempatan kepada siswa agar bias melakukan kegiatan dalam kehidupan social.
m. pemecahan masalah.
Pemecahan masalah suatu cara mengajar dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tertentu.
n. metode latihan.
Metode latihan suatu cara mengajar dengan me;latihkan sesuatu dalam rangka pengembangan suatu keterampilan.
o. metode bercerita.
Metode bercerita suatu penuturan dengan lisan kepada orang lain mengenai suatu topic atau peristiwa. Oleh guru sendiri atau siswa yang ditugaskan oleh guru.
p. Metode pameran.
Metode pameran suatu cara mengajar dengan membawa siswa untuk mengamati suatu pameran kelas, sekolah atau gugus sekolah.
q. metode e-learning.
Metode belajar melalui internet sebagai medianya.
I. Pengembangan Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata& tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati.
Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.
Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya media dalam pendidikan:
Secara umum media mempunyai kegunaan:
  1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
  2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
  3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
  4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
  5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:
  1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
  2. Pembelajaran dapat lebih menarik
  3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
  4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
  5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
  6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
  7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
  8. Peran guru berubahan kearah yang positif
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.
Untuk itu perlu dicermarti daftar kelompok media instruksional menurut Anderson, 1976 berikut ini:
KELOMPOK MEDIA
MEDIA INSTRUKSIONAL
1.
Audio
  • pita audio (rol atau kaset)
  • piringan audio
  • radio (rekaman siaran)
2.
Cetak
  • buku teks terprogram
  • buku pegangan/manual
  • buku tugas
3.
Audio – Cetak
  • buku latihan dilengkapi kaset
  • gambar/poster (dilengkapi audio)
4.
Proyek Visual Diam
  • film bingkai (slide)
  • film rangkai (berisi pesan verbal)
5.
Proyek Visual Diam dengan Audio
  • film bingkai (slide) suara
  • film rangkai suara
6.
Visual Gerak
  • film bisu dengan judul (caption)
7.
Visual Gerak dengan Audio
  • film suara
  • video/vcd/dvd
8.
Benda
  • benda nyata
  • model tirual (mock up)
9.
Komputer
  • media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructiona
Klasifikasi & Jenis Media
KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan
Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan
OHT, Slide, Opaque
Media audio
Audio K aset, Audio V ission, aktive Audio Vission
Media video
Video
Media berbasis computer
Computer A ssisted I nstructional ( Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit
Perangkat praktikum
Media yang Tidak Diproyeksikan
• Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar
• Model : Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya
• Grafis : Gambar atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun)
• Display : Medium yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan pengetahuan di dalamnya.
Media Video
• Kelebihan
– Dapat menstimulir efek gerak
– Dapat diberi suara maupun warna
– Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya.
– Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
• Kekurangan
– Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
– Memerlukan tenaga listrik
– Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya
Media Berbasiskan Komputer
Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan
• Praktek dan latihan (drill & practice)
• Tutorial
• Permainan (games)
• Simulasi (simulation)
• Penemuan (discovery)
• Pemecahan Masalah (Problem Solving)
(Heinich,et.al 1996)
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.
Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer:
  1. Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan jaman
  2. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan ketinggalan zaman.
  3. Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.
J. Pengembangan Alat Evaluasi
  1. Teknik Evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu komponen pengajaran tak dapat diabaikan, tanpa evaluasi kita sulit untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan suatu pendidikan dan pengajaran. Pada zaman modern ini evaluasi bukan saja di terapkan di pendidikan dan pengajaran melainkan juga digunakan kantor-kantor, badan-badan usaha untuk mengukur sejauhmana kegiatan dan usaha telah mencapai tujuan yang telah ditatapkan sebelmnya.
  1. Pengertian evaluasi.
Menurut kamus bahasa Inggeris S Wojowasito dkk evaluasi berasal dari “ to evaluate = memberi nilai. Dalam pendidikan eavaluasi berarti memberi penilaian  untuk mengukur kemampuan yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar atau sejauhmana kemampuan seseorang yang telah dimiliki sehingga dapat menempatkan dalam keadaan yang tepat dan sebagainya sesuai dengan tujuan diadakannya evaluasi tersebut.
  1. Tujuan Evaluasi.
Tujuan evaluasi dalam pendidikan dapat diholongkan kedalam empat kategori yaitu:
1). Memberikan umpan balik ( feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki program satuan pelajaran atau proses belajar mengajar.
2). Menentukan hasil kemajuan belajar siswa, antara lain berguana untuk bahan laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas dan menentukan lulus tidak  seorang siswa.
3). Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat. Misalnya dalam penentuan tingkat, kelas atau jurusan.
4).Untuk mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan siswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar.
  1. Jenis dan fungsi evaluasi.
Sesuai dengan tujuan tersebut diatas maka jenis dan fungsi evaluasi dapat di golongkan sebagai berikut:
1). Penilaian formatif.
Penilaian formatif, berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran.
2). Penilaian sumatif.
Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan setiap akhir semester atau catur wulan setelah menyelesaikan sekian pokok bahasan. Berfungsi untuk menentukan angka kemajuan belajar tahap tertentu.
3). Penilaian penepatan atau placement.
Penilaian penempatan ini berfungsi untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang sesuai.
4). Penilaian diagnostic.
Penilaian diagnostic ini berfungsi untuk mengetahui permasalahan yang dialami  siswa, sehingga dengan data ini dijadikan acuan untuk membantu siswa tersebut dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
  1. Penggunaan data evaluasi.
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi tersebut dapat digunakan untuk pelbagai keperluan  antara lain:
1). Ke

URGENSI METODE RESITASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK WIDYA KARTIKA KARANGPLOSO - MALANG

Kurniati Ningsih

Abstract


Perkembangan ilmu dan teknologi pada masa sekarang ini perlu diimbangi dengan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan. Yang berorientasi pada pembinaan intelektual, keterampilan anak didik, peningkatan keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha ESA serta pembinaan mental spiritual. Untuk memenuhi orientasi tersebut, perlu dilakukan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga diperlukan sosok seorang guru agama secara professional, karena tugas guru dalam kelas tidak hanya merencankan dan melaksanakan pembelajaran saja, akan tetapi seorang guru dituntut bertanggung jawab dalam keberhasilan siswa. Mutu pendidikan dapat menjadi baik tergantung kepada mutu guru dalam membimbing dan mengarahkan anak didik.

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Urgensi Metode Resitasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Widya Kartika Karangploso ? Malang masalah penelitian adalah: (1). Apa alasan guru menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMK Widya Kartika Karangploso. (2). Bagaimana mengaplikasikan metode resitasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Widya Kartika. (3). Bagaimana bentuk evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Widya Kartika. (4). Bagaimana sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Widya Kartika. (5). kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru selama menggunakan metode resitasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Widya Kartika.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, metode penelitian yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang terjadi pada saat sekarang ini. Dengan penelitian langsung ke obyek yang diteliti yaitu di SMK Widya Kartika Karangploso. Untuk pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, interview dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik deskriptif, data-data yang tidak berupa angka, digunakan analisis deskriptif kualitatif secara logis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan guru menggunakan metode resitasi di SMK Widya Kartika adalah: karena adanya program PSG (pendidikan sistem ganda), banyaknya materi pelajaran yang harus disampaikan dalam satu semester sedangkan jam pelajaran dalam satu minggu sangat terbatas, membiasakan siswa giat belajar melalui tugas yang diberikan dan bertanggung jawab, serta untuk menambah nilai siswa yang kurang pada saat ujian semester. Cara guru mengaplikasikan metode resitasi adalah: membuat persiapan mengajar yaitu satuan pelajaran, mempersiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan dan ditugaskan. Semuanya berjalan cukup baik dan direspon oleh siswa.bentuk evaluasi yang digunakan adalah: mengukur kemampuan siswa, kehadiran siswa, hasil prestasi belajar siswa dan pengawasan terhadap tingkah laku. Sistem penilaian yang digunakan adalah: dari segi kedisiplinan, kemampuan / kelancaran menghafal, ulangan harian, kepribadian dan ujian semester bagi yang belum PSG. Kendala-kendala yang dihadapi adalah: kemampuan dan kemauan siswa menyelesaikan tugas, belum semua siswa yang memiliki buku LKS, kurangnya bimbingan sebagian orang tua terhadap anaknya, kurang lengkapnya buku perpustakaan sekolah dan alokasi jam pelajaran di kelas yang terbatas.

Berdasarkan hasil penilitian ini, diharapkan kepada guru agama mampu mencari terobosan baru dalam pengarahan, terutama penggunaan metode pembelajaran PAI yang efektif dan efisien sehingga materi agama mudah difahami siswa. Guru seyogyanya dapat melakukan pendekatan personal terhadap siswa yang kesulitan dan malas, berperan aktif melalui pendekatan terhadap orang tua siswa dan diharapkan kepada kepala sekolah untuk turut mendukung kegiatan pembelajaran agama yang telah direncanakan serta diharapkan dapat memnuhi kekurangan fasilitas agama.


EmoticonEmoticon